Hamdan
syakirin, Hamdan na’imin, Hamdan yuwafi ni’amahu wa yukafi’u mazidah, Ya
rabbana wa lakal hamdu kama yanbaghi lijalalika wajhikal karim, Wa adhimi
sulthanik, Walhamdulillah Rabbil ‘alamin
Terdengar pujian Kepada Allah SWT yang disuarakan oleh pambakal desa diawal saat memberikan arahan kepada warganya di tanah hijau nan luas. Padahal tidak seperti hari-hari biasanya sang pambakal desa meminta warganya untuk berkumpul. Dengan penuh kesungguhan, warga pun langsung menuju ke tempat perkumpulan dan mendengarkan dengan seksama penyampaian dari pambakal desa.
Kebetulan ana merekam jejak suara
yang disampaikan waktu itu, dan berikut adalah penyampaian sang pambakal desa.
Wahai
saudara-saudara yang kucintai karena Allah…
Saya
dapat kabar bahwa beberapa hari lagi kita akan kedatangan tamu istimewa. Ia
bukanlah seperti tamu-tamu kebanyakan. Kenapa ia istimewa..? Ya, yang biasanya
tamu itu harus dilayani dengan baik, justru ia yang membawa banyak hadiah
kepada kita.
Warga yang tadinya asik ngobrol sendiri saat pambakal berbicara, yang tadinya duduk-dudukan di bawah pepohonan, bahkan yang tadinya tidak mau datang ke perkumpulan. Setelah mendengar bakal banyak hadiah yang akan dibawa oleh ini tamu, semua merapatkan barisan menuju tanah nan luas tempat perkumpulan warga untuk mendengarkan lebih banyak dari penyampaian pambakal.
Warga yang tadinya asik ngobrol sendiri saat pambakal berbicara, yang tadinya duduk-dudukan di bawah pepohonan, bahkan yang tadinya tidak mau datang ke perkumpulan. Setelah mendengar bakal banyak hadiah yang akan dibawa oleh ini tamu, semua merapatkan barisan menuju tanah nan luas tempat perkumpulan warga untuk mendengarkan lebih banyak dari penyampaian pambakal.
Untuk
itu wahai saudaraku, sudah selayaknya kita harus memberikan sambutan yang
meriah kepada ini tamu. Sambutan yang nantinya membuat ia tidak akan lupa kalau
kita pernah memberikan seluruh tenaga kita untuk mengajak semua orang agar
bersenang-senanglah saat ia tiba. Yaa.. bersenang-senanglah.. Karena ia datang
membawa keberkahan, musuh abadi umat manusia pun dikekang agar tak mengganggu
manusia yang ingin menikmati ‘romantisme’ bersama ini tamu.
Wahai
saudara-saudara yang kucintai karena Allah…
Tamu
kita ini memiliki kemuliaan di sisi Allah SWT. Bagaimana mungkin tidak mulia? Rencana
kedatangan ia selama 1 bulan disetiap tahunnya ternyata selalu membawa suatu
malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Al-Qur’an pun diturunkan oleh Allah SWT
melaluinya. Kalian semua bahkan berkesempatan menumpuk pahala saat tamu ini
berkunjung. Bahkan kedatangannya disebut-sebut mampu membuat kita memiliki
derajat takwa. Dan itu Allah SWT sampaikan pada QS Al-Baqarah : 183
"
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa "
Wahai saudara-saudara yang kucintai karena Allah…
Tamu
kita bernama Ramadhan. Seandainya ia bisa bicara, tentu banyak yang ia
sampaikan kepada kita sebagai umat Islam. Namun, kebesaran Allah SWT. membuat
kita justru harus pandai berkomunikasi dengan diri sendiri tentang manfaat
kedatangannya. Seharusnya kita sudah mampu membaca bahwasanya Ramadhan datang
bukan untuk ditinggalkan. Artinya segala hal yang kita lakukan di Ramadhan
nanti harus memiliki sifat kontinu saat Ramadhan pergi untuk kembali 1 tahun
lagi.
Ya..
kita bisa sepuasnya melakukan Qiyamul lail sebelum sahur, tapi Muslim yang
keren itu mampu melanjutkan Qiyamul lail meski Ramadhan nanti berlalu. Kita
juga pasti lebih sering membaca Al-Qur’an saat Ramadhan karena pahala yang
Allah janjikan, tapi Muslim yang keren itu lagi-lagi mampu konsisten
‘bermesraan’ dengan ayat-ayat Allah di setiap harinya selepas Ramadhan. Para
wanita juga biasanya akan lebih tertutup saat Ramadhan mampir di kehidupan,
tapi wanita yang keren itu juga tampil tertutup disetiap saat. Dan banyak lagi
ibadah-ibadah yang bisa kita lakukan saat Ramadhan tiba. Yang terpenting bagi
seorang muslim adalah tatkala mampu menjadikan Ramadhan sebagai bulan
pendidikan, hingga akhirnya Qiyamul lail, membaca Al-Qur’an ataubahkan menutup
aurat dan ibadah lainnya bukan lagi ibadah yang hanya kita laksanakan di
waktu-waktu tertentu saja.
Wahai
saudara-saudara yang kucintai karena Allah…
Surau,
mushalla, langgar ataupu masjid akan terlihat seperti lautan manusia di setiap
malamnya... Namun, apakah yang terjadi ketika Ramadhan pergi ??...Mungkin saja
fenomena seseorang adzan, iqamah pun ia yang menyerukan, menjadi imam juga
bahkan sekaligus menjadi makmum nya...
Jangan
biarkan diri kita menjadi bagian kesuksesan potret tersebut, tapi jadilah
bagian dari kesuksesan mempelajari Ramadhan.
Semoga
Allah senantiasa menjaga keistiqomahan kita..
Itu kiranya penggalan nasihat dari pambakal desa yang bisa ana sampaikan, semoga kita menjadi bagian dari harapan beliau..
Mohon maaf dari ana untuk antum semua jika selama diam maupun gerak yang sudah ana ambil membuat antum semua tersinggung.
Marhaban Yaa Ramadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar