Sambutan

"Hati-hati.. Anda sedang ditemani hasil perbuatan jari tangan Musha"

Sabtu, Januari 07, 2012

Jalan yang lurus

Bismillahirrahmanirrahiim...assalamualaikum Warahmatulahiwabarakatuh...
Alhamdulillah, semoga untaian rasa syukur ini senantiasa saya dan saudaraku berikan hanya Kepada Sang Maha Pencipta yang tidak akan pernah berhenti memperlihatkan Kebesaran-Nya dari seisi Langit dan Bumi. Seiring pergantian hari demi hari, seiring pertukaran siang dan malam, seiring perputaran bumi, semoga di setiap itu Allah selalu mencurahkan Nikmat-Nya kepada kita baik itu Nikmat Iman, Islam dan Ikhsan.
Salawat semoga tidak pernah luput dari mulut kita untuk senantiasa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan bahwa tidak akan pernah ada Jalan yang benar selain ISLAM, tidak akan pernah ada jalan yang indah selain ISLAM, tidak akan pernah ada jalan yang Sejahtera selain ISLAM. Marilah kita ucapkan rasa terima kasih kita Kepada ALLAH SWT karena telah menciptakan seorang manusia yang begitu berjasa dengan ISLAM. Manusia itu adalah ummi, tidak bisa menulis dan membaca, manusia itu Rasulullah SAW. yang hingga detik ini, berkat perjuangan beliau kita masih mampu memeluk Satu-satunya Jalan yang BENAR yang pernah ada dimuka bumi ini dan Satu-satunya jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Minggu, Januari 01, 2012

#Terompet

",,tttuuutttt...ttuuutttt..".. Suara itu terdengar oleh telinga ini. Aku pun langsung mencari sumber bunyinya, dan ternyata seorang bocah 8 tahun 3 bulan 29 hari tengah asik meniup benda yang mengeluarkan suara tadi. sebut saja terompet.. perbincangan hangatpun terjadi :
A : de, bagus ya terompetnya..? Beli di mana.?
B : Ciyus ka..? Bagus..? Biasa aj menurut aku.. hhee.. #piece. Tadi dibelikan orang tua ka, katanya buat nyambut Tahun Baru..
A : Oohh, gitu.. Emang, Tahun baru itu apa de..?
B : Masa kakak ga tahu. Tahun baru itu kebahagiaan. Tahun baru itu suka cita. Tahun baru itu harapan. Tahun baru itu perubahan. Tahun baru itu petasan, kembang api, terompet dan...
A : dan apa..?
B : ..dan aku masih belum yakin ka dengan apa yg ku sebutkan td..
A : Lho koq bisa gitu.? Padahal kaka melihat raut muka mu penuh dengan kepastian ketika berbicara tentang tahun baru..
B : ..Iya sih, tp ada satu hal yg membuat pikiran ini selalu bertanya-tanya kak.. Kira2, awal mula perayaan tahun baru nih dr mana sih ka..? Sehingga orang2 begitu antusias menyambutnya..
A : Ooh, itu.. kebetulan, kaka ad cerita dikit tentang sejarah tahun baru.. Kira2 kamu sibuk ga..? 15 menit aj..?
B : ohh.. aku mau dengan itu, ga sibu jga sih. Cuma mau persiapan malam ni aj kak, berangkat keliling kota untuk ikut merayakan tahun baru..
A : Oke, dengarin yaa.. ni ceritanya..

Sejarah Tahun Baru 1 Januari
Mari kita buka The World Book Encyclopedia tahun 1984, volume 14, halaman 237.
“The Roman ruler Julius Caesar established January 1 as New Year’s Day in 46 BC. The Romans dedicated this day to Janus , the god of gates, doors, and beginnings. The month of January was named after Janus, who had two faces – one looking forward and the other looking backward.”
terjemahan bebasnya kurang lebih begini :
“Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke 46 SM. Orang Romawi mempersembahkan hari ini (1 Januari) kepada Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu). Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu.”,
 
Sosok dewa Janus dalam mitologi Romawi

Dewa Janus sendiri adalah sesembahan kaum Pagan Romawi, dan pada peradaban sebelumnya di Yunani telah disembah sosok yang sama bernama dewa Chronos. Kaum Pagan, atau dalam bahasa kita disebut kaum kafir penyembah berhala, hingga kini biasa memasukkan budaya mereka ke dalam budaya kaum lainnya, sehingga terkadang tanpa sadar kita mengikuti mereka. Sejarah pelestarian budaya Pagan (penyembahan berhala) sudah ada semenjak zaman Hermaic (3600 SM) di Yunani
Kaum Pagan sendiri biasa merayakan tahun baru mereka (atau Hari Janus) dengan mengitari api unggun, menyalakan kembang api, dan bernyanyi bersama. Kaum Pagan di beberapa tempat di Eropa juga menandainya dengan memukul lonceng atau meniup terompet.
Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh.
Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa , tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.
Bagi orang Persia yang beragama Majūsî (penyembah api), menjadikan tanggal 1 Januari sebagai hari raya mereka yang dikenal dengan hari Nairuz atau Nurus.
Penyebab mereka menjadikan hari tersebut sebagai hari raya adalah, ketika Raja mereka, ‘Tumarat’ wafat, ia digantikan oleh seorang yang bernama ‘Jamsyad’, yang ketika dia naik tahta ia merubah namanya menjadi ‘Nairuz’ pada awal tahun. ‘Nairuz’ sendiri berarti tahun baru. Kaum Majūsî juga meyakini, bahwa pada tahun baru itulah, Tuhan menciptakan cahaya sehingga memiliki kedudukan tinggi.
Kisah perayaan mereka ini direkam dan diceritakan oleh al-Imâm an-Nawawî dalam buku Nihâyatul ‘Arob dan al-Muqrizî dalam al-Khuthoth wats Tsâr. Di dalam perayaan itu, kaum Majūsî menyalakan api dan mengagungkannya –karena mereka adalah penyembah api. Kemudian orang-orang berkumpul di jalan-jalan, halaman dan pantai, mereka bercampur baur antara lelaki dan wanita, saling mengguyur sesama mereka dengan air dan khomr (minuman keras). Mereka berteriak-teriak dan menari-nari sepanjang malam. Orang-orang yang tidak turut serta merayakan hari Nairuz ini, mereka siram dengan air bercampur kotoran. Semuanya dirayakan dengan kefasikan dan kerusakan.

B : "..Ohh, jadi gitu ka..? Terus bagaimana seharusnya sikap kita sebagai seorang Muslim..?
A : Bagaimana sikap kita?
Setelah kita mengetahui bahwa tradisi Perayaan 1 januari yang mungkin sudah kita persiapkan matang2 malam ini merupakan Perayaan yang terkait dengan ritual keagamaan dan budaya dari kufar ,dan adanya larangan untuk menyerupai sebuah kaum.
maka sebaiknya kita tidak perlu ikut ikutan merayakannya apalagi meniru budaya dari kaum kufar.
semoga kita semua senantiasa ingat Firman Allah ini :
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya

hadîts yang melarang menyepakati perayaan kaum kuffâr banyak sekali. Diantaranya adalah :
عن أنس بن مالك – رضي الله عنه – قال: قدم رسول الله – صلى الله عليه وسلم – المدينة، ولهم يومان يلعبون فيهما، فقال: ما هذان اليومان، قالوا: كنا نلعب فيهما في الجاهلية. فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم –: (إن الله قد أبدلكم بهما خيراً منهما، يوم الأضحى، ويوم الفطر)
Dari Anas bin Mâlik radhiyallâhu ’anhu beliau berkata : Rasūlullâh Shallâllâhu ’alahi wa Sallam tiba di Madînah dan mereka memiliki dua hari yang mereka bermain-main di dalamnya. Lantas beliau bertanya, ”dua hari apa ini?”. Mereka menjawab, ”Hari dahulu kami bermain-main di masa jahiliyah.” Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam mengatakan : ”Sesungguhnya Allôh telah menggantikan kedua hari itu dengan dua hari yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari idul adhhâ dan idul fithri.” [Shahîh riwayat Imâm Ahmad, Abū Dâwud, an-Nasâ`î dan al-Hâkim.]

Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyah rahimahullâhu berkata :
فوجه الدلالة أن اليومين الجاهليين لم يقرهما رسول الله – صلى الله عليه وسلم – ولا تركهم يلعبون فيهما على العادة، بل قال إن الله قد أبدلكم بهما يومين آخرين، والإبدال من الشيء يقتضي ترك المبدل منه، إذ لا يجمع بين البدل والمبدل منه.
”Sisi pendalilan hadîts di atas adalah, bahwa dua hari raya jahiliyah tersebut tidak disetujui oleh Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam dan Rasūlullâh tidak meninggalkan (memperbolehkan) mereka bermain-main di dalamnya sebagaimana biasanya. Namun beliau menyatakan bahwa sesungguhnya Allôh telah mengganti kedua hari itu dengan dua hari raya lainnya. Penggantian suatu hal mengharuskan untuk meninggalkan sesuatu yang diganti, karena suatu yang mengganti dan yang diganti tidak akan bisa bersatu.”
Adapun âtsar sahabat dan ulama salaf dalam masalah ini, sangatlah banyak. Diantaranya adalah ucapan

’Umar radhiyallâhu ’anhu, beliau berkata :
اجتنبوا أعداء الله في عيدهم
Jauhilah hari-hari perayaan musuh-musuh Allôh.” [Sunan al-Baihaqî IX/234].

’Abdullâh bin ’Amr radhiyallâhu ’anhumâ berkata :
من بنى ببلاد الأعاجم وصنع نيروزهم ومهرجانهم ، وتشبه بهم حتى يموت وهو كذلك حُشِر معهم يوم القيامة
”Barangsiapa yang membangun negeri orang-orang kâfir, meramaikan peringatan hari raya nairuz (tahun baru) dan karnaval mereka serta menyerupai mereka sampai meninggal dunia dalam keadaan demikian. Ia akan dibangkitkan bersama mereka di hari kiamat.” [Sunan al-Baihaqî IX/234].

Imâm Muhammad bin Sîrîn berkata :
: أُتي على -رضي الله عنه- بهدية النيروز. فقال : ما هذا ؟ قالوا : يا أمير المؤمنين هذا يوم النيروز . قال : فاصنعوا كل يوم فيروزاً . قال أسامة : كره أن يقول : نيروز
’’Alî radhiyallâhu ’anhu diberi hadiah peringatan Nairuz (Tahun Baru), lantas beliau berkata : ”apa ini?”. Mereka menjawab, ”wahai Amîrul Mu’minîn, sekarang adalah hari raya Nairuz.” ’Alî menjawab, ”Jadikanlah setiap hari kalian Fairuz.” Usâmah berkata : Beliau (’Alî mengatakan Fairuz karena) membenci mengatakan ”Nairuz”. [Sunan al-Baihaqî IX/234].

Imâm Baihaqî memberikan komentar :
وفي هذا الكراهة لتخصيص يوم بذلك لم يجعله الشرع مخصوصاً به
”Ucapan (’Alî) ini menunjukkan bahwa beliau membenci mengkhususkan hari itu sebagai hari raya karena tidak ada syariat yang mengkhususkannya.”

Apabila demikian ini sikap manusia-manusia terbaik, lantas mengapa kita lebih menerima pendapat dan ucapan orang-orang yang jâhil dan mengikuti budaya kaum kuffâr daripada ucapan para sahabat yang mulia ini.
Semoga kita bisa menentukan sikap dalam hal perayaan 1 januari sebagai tahun baru. dan sikap kita bukan atas dasar sekedar ikut ikutan, tetapi pilihan kita adalah yang berdasarkan pengetahuan. karena kita sadar betul bahwa semuanya akan dimintai pertanggungan jawab di Yaumil Hisab kelak.
B : ooohh, jadi paham saya kak.. Ok.. Saya tidak akan melanjutkan niat untuk ikut merayakan malam pergantian tahun kata orang2.. Oya, saya juga akan mengajak keluarga saya kak agar tidak menyerupai suatu kaum..
A : Bagus lah de.. kakak pulang dulu.. Assalamualaykum..
 ..ditengah perjalanan pulang, " tttuuuututuuuutttt... ttuututuuutttuu.."
A : lho koq..?
B : Oya kak maaf.. tiupan terompet td bukan untuk menyambut tahun baru, tapi memanggil teman2 saya.. Karena saya ingin menceritakan tentang sejarah tahun baru tadi..
A : (uuhhh.. bernafas lega).. Yaa sudah, selamat mendulang amal kebaikan.. Assalamualaykum..